BAGURAU SALUANG JO DENDANG ; TRADISI UNTUK PARIWISATA
|
Foto wikipedia.org |
|
Foto dari wikipedia.org |
“Bagurau Saluang jo Dendang”
Tradisi
Minangkabau Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat Dan
Pariwisata
Minangkabau merupakan wilayah budaya yang
kaya dengan tradisi. Tradisi budaya Minangkabau ini tumbuh dan berkembang
sebagai tradisi budaya rakyat, yang berakar pada sistem kekerabatan Minangkabau
yang bersifat matrilinial. Tradisi budaya ini sekaligus mencerminkan dinamika
dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau, sesuai dengan
falsafah adatnya Alam Takambang Jadi Guru,
sakali aie gadang, sakali tapian barubah.
Dinamika perkembangan tradisi budaya Minangkabau, semenjak akhir tahun 60 an
terjadi begitu cepat. Banyak perubahan dan pergeseran yang cukup penting
terjadi dalam kehidupan orang Minangkabau. Salah satu perkembangan yang menarik
adalah perkembangan dalam kehidupan seni pertunjukannya, terutama pertunjukan
bagurau saluang dan dendang, yang bergeser hingga kini memberikan ruang untuk
kaum perempuan tampil sebagai pelaku utama dalam kegiatan budaya tradisi
tersebut .
Bagurau
saluang jo dendang, merupakan
salah satu seni tradisi pertunjukan yang penting di Minangkabau, dan tradisi
ini telah tumbuh sejak lama, dan telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang menarik. Secara sederhana dapat dijelaskan, bentuk tradisi bagurau saluang jo dendang, adalah
sebuah pertunjukan musikal dengan menggunakan alat tiup bambu (saluang) sebagai instrumen pengiring,
dan nyanyian (dendang) sebagai media
menyampaikan pesan-pesan dalam bentun pantun.
Melalui tradisi pertunjukan bagurau saluang jo dendang, kita akan
menemukan berbagai aspek budaya Minangkabau yang spesifik, seperti tradisi lisan sebagai refleksi dari budaya
lisan orang Minangkabau dan hubungan sosial dan tradisi budaya Minangkabau yang
menopangnya. Berdasarkan hal tersebut, kesenian Bagurau Saluang jo Dendang , dapat dikaji untuk melihat nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau.
Pertunjukan Bagurau Saluang jo Dendang juga dipengaruhi oleh pertunjukan randai.Ba-randai di Minangkabau, merupakan hasil kebiasaan masyarakat untuk melakukan
dialog dengan menggunakan bahasa ibarat, pantun, kiasan dan pepatah-petitih. Kebiasaan ini menyebabkan masyarakat mudah
berintekrasi dalam pertunjukan Bagurau
Saluang jo Dengang, sebab syair-syair yang didendangkan merupakan
pantun-pantun yang penuh ibarat, kiasan dan pepatah-petitih. Dengan demikian,
istilah bagurau ataupun barandai dalam tradisi budaya masyarakat Minangkabau,
merupakan suatu tradisi keseharian atau merupakan suatu konsep sosial yang
hidup dalam diri orang Minangkabau.
Dalam pertunjukan bagurau saluang dan dendang
seluruh senimannya bermain sambil duduk, dengan membentuk pola setengah
lingkaran. Kalau mereka mengadakan pertunjukan di atas panggung, sejauh masih
ada tempat, penontonnya juga boleh ikut duduk di atas panggung. Kalau bermain
di dalam rumah, semua orang akan duduk bersama, dan biasanya akan mengelilingi
para seniman pertunjukan bagurau saluang dan dendang ini. Namun ada juga
pertunjukan bagurau saluang dan dendang yang dilakukan sambil berjalan untuk
mengiringi prosesi upacara perkawinan. Para seniman saluang ini diminta untuk
mengiringi mempelai sambil meniup saluang dan berdendang. Namun bentuk
pertunjukan ini sangat jarang terjadi, dan hanya ada di dua atau tiga tempat di
Sumatra Barat.
Pertunjukan bagurau saluang dan dendang
sebagaimana lazimnya kesenian rakyat, bentukya sederhana, dan tidak menuntut
persyaratan-persyaratan artistik pemanggungan yang rumit. Pada dasarnya
pertunjukan bagurau saluang dan dendang ini bisa dimainkan di mana saja, dan
yang lebih diutamakan adalah bentuk pertunjukan yang dapat akrab (dialogis)
dengan penontonnya. Ditampilkan dalam suatu kelompok, dan minimal
anggotanya tiga orang, dengan satu orang peniup saluang dan dua orang
pendendang. Lagu-lagu yang dimainkan ratusan banyaknya, namun dalam tradisi
bagurau kita bisa melihat bahwa lagu pertama dan lagu terakhir selalu “hampir”
sama. Lagu Pertama yang didendangkan
adalah Lagu Singgalang dan lagu
terakhir adalah lagu jalu-jalu. Lagu
ini yang memiliki puluhan judul, akan dinyanyikan sebagai lagu pembuka, yang
isi pantunyanya sebagai berikut:
Lagu Pembukaan
SINGGALANG
Cupak panuah gantang balanjuang
Ka
cupak urang ka tigo luhak
Jatuah
ka Alam Minangkabau
Hanyo
sambah salam dianjuang
Rila
jo maaf kami mintak
Ukua
jo jangko kok talampau
Baringin
di Pakan Akaik
Di
laman kantua nagari
Dek
yakin awak baniak
Bagurau
juo samalam kini
Setelah lagu ini dinyanyikan, biasanya
penonton akan memintak lagu kesukaannya, dan jika belum ada permintaan, maka tukang dendang akan memilih sendiri lagu
yang akan mereka nyanyikan. Mulai dari lagu-lagu yang bernada gembira dan
menghibur, sampai dengan lagu-lagu yang bernada sedih dengan pantun-pantun yang
penuh dengan ratapan. Namun pada akhirnya, sesaat sebelum pertunjukan bagurau
saluang dan dendang berakhir, lagu terakhir yang akan dinyanyikan adalah lagu
penutup yang disebut dengan Jalu-jalu,
yang isi syairnya seperti di bawah ini.
Lagu Penutup
JALU-JALU
Pukua ampek dek lah datang
Jalau-jalu
sobaik iko sajo
Awak
baniyaik marantang panjang
Tuan
baniyaik mangusuiknyo
Batu
merah ambiak panembok
Panembok
sumua tampek mandi
Barila-rila
mangko ka elok
Ibraik
urang bajua bali
Mandaki
kito mandaki
Nan
kalua ka jalan gadang
Gurau
di siko dulu
Di
lain hari nak kito ulang
Setelah lagu Jalu-jalu selesai didendangkan, maka secara otomatis pagurau (pacandu gurau) akan membubarkan diri.
Selain itu, pertunjukan Bagurau saluang jo dengang memberikan
tempat untuk semua generasi. Pada paro malam pertama yakni antara pukul 21.00
sampai dengan pukul 24.00, biasanya jenis lagu-lagu yang dimainkan atau yang
dimintak penonton adalah lagu-lagu yang gembira, menghibur dan pantun yang
dinyanyikan pantun muda . Sedangkan paro malam kedua yakni sekitar pukul 24.00
hingga dengan pukul 04.00, lagu-lagu yang ditampilkan adalah jenis lagu ratapan
yang disebut lagu ratok.
Nada-nada yang dihasilkan pertunjukan Bagurau saluang
dan dendang memang terdengar seperti meratap, dan lagu-lagu inilah yang
dianggap sebagai lagu klasik (tradisi) dalam pertunjukan bagurau saluang dan
dendang. Biasanya penonton yang hadir pada paroh malam kedua ini, adalah
penonton yang sudah berumur relatif tua dan merupakan penonton yang serius,
yang disebut dengan pencandu gurau.
Dalam pertunjukan bagurau saluang jo dendang, ada satu lagi figur yang sangat penting
selain dari tukang saluang dan tukang dendang, yakni Janang. Janang berfungsi sebagai orang yang akan mengatur irama
pertunjukan, sehingga bisa berjalan dengan semarak dan hidup. Seorang Janang
yang bagus akan dapat menghimpun dana masyarakat yang lebih besar melalui
sumbangan yang diberikan penonton.
Tugas utama seorang Janang adalah memilih dan membacakan kertas-kertas pesanan lagu
yang dibuat oleh penonton. Selain menyebutkan apa lagu yang diminta, siapa yang
meminta, Janang juga biasanya
membacakan jumlah sumbangan yang diberikan. Tidak jarang dari kertas-kertas
pesanan, yang sebelumnya dibagikan panitia pelaksana pada penonton, selain
menuliskan nama lagu juga ada pantun-pantun, yang ditujukan pada kelompok
tertentu yang hadir dalam pertunjukan bagurau saluang dan dendang tersebut.
Kadang-kadang Janang juga memberikan
tambahan dengan maksud agar pertunjukan berjalan dengan dinamis.
Selain untuk melihat nilai-nilai sosial yang
hidup di tengah masyarakat Minangkabau, pertunjukan bagurau saluang jo dendang memiliki beberapa fungsi, yakni:
(1) forum dialog estetis; (2) sarana komunikasi; (3) fungsi ekspresi emosi; (4)
sarana pengintegrasian masyarakat; (5) sarana kesinambungan kebudayaan; (6)
fungsi ekonomi; (7) pembelajaran budaya; dan (8) sarana memunculkan konflik.
Berdasarkan fungsi tersebut (Fungsi ekonomi), Pertunjukan Bagurau Saluang jo Dendang berfungsi untuk meningkatkan
kesejateraan masyarakat. Pelestarian
sejalan dengan upaya meningkatkan kesejateraan masyarakat, sesuai dengan
tujuan pengembangan pariwisata nasional, yakni pengembangan/pembangunan kepariwisataan bertumpu pada keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
budaya dengan tidak mengabaikan
kebutuhan masa yang akan datang, sehingga diharapkan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang memberi manfaat meningkatkan kesejateraan masyarakat (Peraturan Menteri Pariwisata
Republik Indonesia No. 14 tahun 2016).
Pertunjukan Bagurau Saluang jo Dendang dalam menunjang Pariwisata berada pada
posisi menjadi “maknet” untuk memikat wisatawan. Artinya, keunikan pertunjukan Bagurau Saluang jo Dendang dapat dijual
kepada wisatawan dalam paket wisata. Wisatawan yang datang untuk menghadiri-
sekedar menonton atau terlibat sebagai pagurau-
akan memberikan umpan balik ekonomi bagi masyarakat, yakni pemasukan. Pemasukan
ekonomi tentunya tidak hanya akan diterima oleh pelaku pertunjukan, namun juga
akan memberi dampak ekonomi bagi banyak pihak.
Bagian pertunjukan Bagurau Saluang jo Dendang
yang mengambarkan secara jelas fungsi ekonomi adalah pemesanan pantun. Dalam pertunjukan Bagurau Saluang jo dendang,
pantun yang pesan oleh Pacandu Gurau (Pagurau) baru akan dinyanyikan tukang
dendang jika Pacandu Gurau telah
mengeluarkan uang yang sesuai.
Fungsi ekonomi pertunjukan Bagurau Saluang Jo Dendang juga dapat
dilihat dari pertunjukan Bagurau saluang
jo dendang yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan keuangan nagari, seperti
untuk memperbaiki jalan, membangun mushalla dan mesjid, memperbaiki sarana olahraga,
serta memelihara maupun membangun fasiltas publik lainnya.
Salam....
Nilai uang tidak ditetapkan, namun
yang membayar lebih mahal maka pantunnya yang lebih dahulu dinyanyikan.
.
baralah tinggi si buruang tabang
BalasHapuspanek malayok ka inggok juo
banyak ragamnyo budayo datang
budayo kito kambangkan juo
darilah solok nak ka salayo
uranglah guguak pai ka pakan
ambiak nan elok jadi pusako
nan buruak samo kito pelokkan