Senin, 05 Februari 2018

BERWISATA KE LUBANG JAPANG KOTA BUKITTINGGI, MENGURAI FAKTA SEJARAH.

Pintu Masuk Lubang Japang Kota Bukittinggi Atas cc Isma

Berada dalam kawasan objek wisata Taman Panorama, Lubang Japang ini tentunya memiliki kisah, cerita yang menarik untuk disimak. Satu cerita yang sekiranya menarik untuk disimak adalah Kisah Penuturan seorang bekas perwira bala tentara jepang yang ditugaskan membuat "Lubang Perlindungan Jepang" di Ngarai Bukittinggi, Hirotada Honjoyo (1 Januari 1908)


Di dalam buku singkat ini, Hirotada menyebutkan, bahwa Letjen Moritake Tanabe, Panglima Divisi ke-25 angkatan Bala Tentara Jepang mengintruksikan untuk membuat "Lubang Perlindungan" di Ngarai Bukittinggi yang mampu menahan getaran letusan bom sekuat 500 kg, dan pembuatan lubang ini dilengkapi dengan ruangan-ruangan untuk keperluan Markas Besar seperti Ruang Kantor dan fasilitas-fasilitas  lainnya untuk keperluan Divisi ke 25 Angkatan Darat. 


Kontruksi pembutan mulai dikerjakan pada bulan Maret  1944 dan selesai pada bulan Juni 1944 (tiga bulan pengerjan) di bawah pimpinan 3 (tiga) orang ahli tambang batu bara yang dikirim dari perusahaan Hokkaido Tanko Kisen Co, yakni 1.) Ir. Toshihiko Kubota, 2.) Ir. Ichizo Kudo, 3) Ir. Uhei Koasa. Cara dan system melaksanakan kontruksi lubang perlindungan dijalankan secara teknis pembagian keahlian yang setiap harinya membutuhkan tenaga kerja 50 atau 100 orang. Pekerja-pekerja didatangkan dan disediakan oleh Kantor Kotapraja Bukittinggi yang terdaftar dan dibayar sebagai buruh harian dan pekerja membawa bekal makanan sendiri untuk makan siang. 


Bebera penegasan yang terdapat dalam tulisan singkat Hirotada adalah:1. Lubang Japang tersebut dibangun untuk dijadikan "lubang Perlindungan" bukan untuk dijadikan "Lubang Pertahanan"2. Bisa menahan getaran letusan bom di atas 500 Kg. 3. Lumpur penggalian melalui tebing jalan, 5. untuk menguatkan lubang dibuat bentuk "torri-gumi" yang menyerupai pintu depan lambang agama Shinto, yaitu bagian bawah lebih besar dari bagian atas. 6. Lubang perlindungan. 7. tidak ada dapur 8.  Untuk mengokohkan, lubang disangga dengan kayu-      kayu

(Hirotada Honjo 1908-2001).

Tulisan Hirotada tentunya berbeda jauh dengan cerita yang berkembang di tengah masyarakat. Dalam masyarakat berkembang cerita bahwa di dalam Lubang Japang Kota Bukittinggi terjadi pembunuhan, penyiksaan, bahkan pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan yang sengaja didatangkan untuk pemuas nafsu bala tentara jepang. 


Benarkah??? 


Penelusuranpun coba dilakukan oleh penulis, salah satunya adalah dengan bertanya kepada para pakar sejarah di Universitas. Hasil penelusuran, wawancara ini adalah, belum ada satu penelitian/ tulisan ilmiah mengenai kisah pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan yang terjadi dalam Lubang Jepang


Lalu bagaimana???


Idealnya adalah dilakukannya penelitian mendalam tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada, baik itu tulisan Hirotada, cerita yang berkembang di tengah masayarakat, ataupun sisa-sisa tengkorak yang sekiranya memang ada.


Menarik...kita tidak akan bisa mengelak dan atau menyalahkan sesiapa kenapa sejarah tentang Lubang Japang Kota Bukittinggi tidak tertulis dengan baik, hingga tidak terjadi "simpang-siur" sejarah. Selain itu, Minangkabau adalah adalah salah satu dari kebudayaan yang memiliki bukti sejarah sedikit (dibandingkan dengan kebudayaan jawa ataupun sunda). Kenyataan ini sejalan dengan salah satu keunikan tradisi masyarakat Minangkabau, yakni Tradisi Lisan. Tradisi Lisan dalam masyarakat Minangkabau dapat dilihat dengan budaya pewarisan masyarakat yang lebih memilih "Kato Inyo", "katanya".


Sumber: 

- Kisah Penuturan seorang bekas perwira bala tentara jepang yang ditugaskan membuat "Lubang 
                                   PerlindunganJepang" di Ngarai Bukittinggi, Hirotada Honjoyo (1 Januari 1908)
- Abdulah, Taufik.1967.  Modernisasi Dalam Alam Minangkabau: Sumatera Barat Pada Dekade
                                    Permulaan Abad XX, Terj. Drs. Ishaq Thaher. Padang: FKSP- IKIP Padang.
- Amran, Rusli. 1985. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan.
- Darwis, Yuliandre. 2013. Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau (1859-1945). Jakrata: PT 
                                   Gramedia Pustaka Utama.

Janjang Masuk cc. Isma 

Lorong dalam Lubang Japang cc Isma
Salah satu raungan dalam Lubang Japang cc Isma
Pintu Masuk Lubang Japang bawah cc. Isma



1 komentar: